Saya Ganti Distro, dari Linux Mint ke Kubuntu

07 Jun 2018 · 2 min read

Hari ini saya selesai menginstal distro Kubuntu 18.04 yang instalasinya dimulai dari kemarin tanggal 06/06/2018.

Momentum banget ini, saat ulang tahun… saya ganti distro. Hehe, mungkin nanti biar ingat, kapan saat saya ganti distro.

Sejak hari kemarin, saya melakukan backup semua data ke laptop bapak, karena nanti hardisk laptop saya akan dipartisi ulang.

Partisi root yang sebelumnya saya gunakan 30GB, sekarang saya pakai sekitar 60GB. Dua kali lipat dari yang sebelumnya.

Ini karena kemarin, saat saya menggunakan 30GB…partisi root hampir full. Soalnya saya menginstal banyak aplikasi.

Tampilan Kubuntu 18.04

Selamat Tinggal Sylvia

Distro Linux yang saya gunakan sebelumnya adalah Linux Mint 18.3 (Sylvia) dengan DE Cinnamon.

Linux Mint sudah menemani saya lebih dari dua tahun. Ini waktu terlama yang pernah saya capai dalam menggunakan Linux.

Mungkin sudah nyaman menggunakan Linux Mint.

Sebelumnya saya memang pernah menggunakan Kubuntu di laptop lama. Waktu itu KDE–kalau tidak salah–masih versi 4.

Setelah beli laptop baru, saya langsung instal dengan Linux Mint dan menghapus Windows 8 yang ada di dalamnya. Entah itu Win 8 ori atau bajakan, saya tidak tahu. Soalnya sudah diinstal langsung dari tokonya.

Selamat Datang Kembali Kubuntu

Saya sebenarnya tertarik menggunakan Kubuntu karena tampilannya yang lebih canggih dan modern dari Linux Mint.

Tampilan Kubuntu 18.04

Disamping itu, konsumsi memori untuk KDE juga jauh lebih baik. Di Cinnamon untuk idle, dia memakan memori sekitar 1 GB lebih. Sedangkan di KDE (Kubuntu 18.04), saat idle dia cuma memakan memori sekitar 350MB.

Alasan lain memilih Kubuntu karena, ia menggunakan KDE. KDE punya sejarah yang panjang. Ia dibuat dari nol, bukan dari project fork seperti Cinnamon.